KELOMPOK
1 :
1.
Alan Darma Saputra (10414720)
2.
Amylia Putri Hutami (10414977)
3.
Anang Adi Safrian (10414997)
4.
Budi Prasetyo (12414231)
5.
Ilham Tejana Putra (15414198)
6.
Muhammad Okta Pratikno (17414449)
7.
Rizki Alfani (19414602)
8.
Yan Aprendi (1C414344)
1. Perkembangan Penduduk Indonesia
A. Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia
adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan
gagalnya program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan
jumlah penduduk. Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan
semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya.
Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam
setiap suami istri. Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali,
maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan,
anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi.
Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan
keterbelakangan pendidikan.
B. Perkembangan Penduduk Dan Lingkungan
Populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah
lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia. Setiap orang memerlukan energi,
lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Kalau populasi bisa
bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan
regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi
bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki
sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan
berimbas pada kualitas hidup manusia yang rendah. Antara 1960 dan 1999,
populasi bumi berlipat ganda dari 3 milyar menjadi 6 milyar orang. Pada tahun
2000 populasi sudah menjadi 6.1 milyar. PBB memprediksi bahwa populasi dunia
pada tahun 2050 akan mencapai antara 7.9 milyar sampai 10.9 milyar, tergantung
ada apa yang kita lakukan sekarang. Dapatkah anda bayangkan berapa banyak bahan
pangan, lahan untuk pertanian, lahan untuk perumahan, dan barang konsumsi
lainnya yang dibutuhkan oleh penduduk yang begitu banyak?
Dengan tingginya laju pertumbuhan populasi, maka
jumlah kebutuhan makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk
menambah jumlah lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia.
Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan
kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah.
Dengan adanya pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap
air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.
Perkembangan urbanisasi di Indonesia perlu dicermati
karena dengan adanya urbanisasi ini, kecepatan pertumbuhan perkotaan dan pedesaan
menjadi semakin tinggi. Pada tahun 1990, persentase
penduduk perkotaan baru mencapai 31 persen dari seluruh penduduk Indonesia.
Pada tahun 2000 angka tersebut berubah menjadi 42 persen. Diperkirakan pada
tahun 2025 keadaan akan terbalik dimana 57 persen penduduk adalah perkotaan,
dan 43 persen sisanya adalah rakyat yang tinggal di pedesaan. Dengan adanya
sentralisasi pertumbuhan dan penduduk, maka polusi pun semakin terkonsentrasi
di kota-kota besar sehingga udara pun semakin kotor dan tidak layak.
Kota-kota
besar terutama Jakarta adalah sasaran dari pencari kerja dari pedesaan dimana
dengan adanya modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan
kehidupan serba wah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka
meninggalkan kampungnya. Secara statistik, pada tahun 1961 Jakarta berpenduduk
2,9 juta jiwa dan melonjak menjadi 4,55 juta jiwa 10 tahun kemudian. Pada tahun
1980 bertambah menjadi 6,50 juta jiwa dan melonjak lagi menjadi 8,22 juta jiwa
pada tahun 1990. Yang menarik, dalam 10 tahun antara 1990-2000 lalu, penduduk
Jakarta hanya bertambah 125.373 jiwa sehingga menjadi 8,38 juta jiwa. Data
tahun 2007 menyebutkan Jakarta memiliki jumlah penduduk 8,6 juta jiwa, tetapi
diperkirakan rata-rata penduduk yang pergi ke Jakarta di siang hari adalah 6
hingga 7 juta orang atau hampir mendekati jumlah total penduduk Jakarta. Hal
ini juga disebabkan karena lahan perumahan yang semakin sempit dan mahal di
Jakarta sehingga banyak orang, walaupun bekerja di Jakarta, tinggal di daerah
Jabotabek yang mengharuskan mereka menjadi komuter.
Pada
akhirnya, pertumbuhan populasi yang tinggi akan mengakibatkan lingkaran setan
yang tidak pernah habis. Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan
pangan dan energi yang cukup akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply
dan demand yang bisa menyebabkan harga menjadi mahal sehingga seperti yang
sedang terjadi sekarang, inflasi semakin tinggi, harga bahan makanan semakin
tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak. Semakin menurunnya konsumsi masyarakat
akan menyebabkan perusahaan merugi dan mem-PHK karyawannya sebagai langkah
efisiensi, sehingga semakin banyak lagi kemiskinan.
Jadi, kita
mudah saja bilang, kapan negara kita bisa swasembada? Apa bisa kalau masih mau
punya banyak anak? Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah
tidak tersedia, tanah rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan
habis sehingga tidak bisa disedot lagi? Bagaimana kita mau menghemat makanan
dan air kalau populasi terus berkembang gila-gilaan?
Krisis
pangan sudah dimulai di seluruh dunia. Harga semakin melejit dan pada akhirnya
bukan karena kita tidak mampu membeli makanan, tetapi apakah makanan itu bisa
tersedia. Kalau bukan kita yang bertindak dari sekarang, masa depan anak dan
cucu kita bisa benar-benar hancur sehingga kita yang berpesta pora pada saat
ini baru akan merasakan akibatnya nanti.
C. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat pendidikan
Pertumbunah
penduduk yang terus meningkat di Indonesia mengakibatkan menahan lajunya
tingkat pendidikan. Dapat kita ambil suatu contoh dari sebuah keluarga yang
kurang mampu misalnya, mereka mempunyai beberapa orang anak yang seharusnya
masih melanjutkan tingkat pendidikan di sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas, tapi apa daya karena tidak memiliki cukup banyak uang untuk
menyekolahkan anak mereka tersebut, akhirnya anak mereka terpakasa putus
sekolah. Coba saja anda bayangkan jika permasalahan ini terjadi pada sebagian
warga atau penduduk yang ada di Indonesia .
Pastinya akan banyak anak anak Indonesia, masa depan
Indonesia yang harus hilang sia – sia begitu saja..!!! untuk itu pemerintah di
harapkan mengatsi permasalahan tingkat pendidikan untuk warga yang kurang
mampu. Bagi mereka yang ekonominya berkecukupan, tentunya tenang saja, tak
perlu ketakutan anak meraka apakah akan putus sekolah. Masalah seperti ini akan
sangat berakibat buruk bagi kemajuan Negara Indonesia sendiri, karena nantinya
anak - anak tersebutlah yang akan meneruskan kemajuan Negara Indonesia ini.
Untuk itu segala sesuatunya harus di tinjau agar terlihat semua kenyataan
- kenyataan yang masih terlihat suram.
D.Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan
dengan Lingkungan Hidup
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang
melakukan migrasi.
Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak akan jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di
lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan
teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua
sektor, termasuk organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat,
diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan
manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup, manusia juga
bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan
kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan
tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi,
dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber
atau distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang
menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang
mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk
pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa
pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya.
Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk
kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat
menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat
menyebabkan banya
E. Pertumbuhan Penduduk dan
Kelaparan
Masalah kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi
menjadi masalah kompleks dan saling terkait. Diperlukan upaya jangka pendek
dalam memenuhi kebutuhan pangan yang sinergis dengan upaya jangka panjang
sehingga mampu memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya
sendiri.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger Walk the World 2010, di
Jakarta, tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar 12.000 peserta. Hadir
dalam acara, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan dimeriahkan juga oleh
para artis dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan Bank BNI.
Selanjutnya dikatakan Menkes, dalam pencapaian pembangunan MDGs terkait upaya peningkatan kelangsungan hidup anak di masa mendatang, pada tahun 2015 setiap negara harus berupaya terus untuk menurunkan separuh jumlah penduduk miskin dan kelaparan. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), terdapat sekitar 907 juta penduduk di negara berkembang mengalami kekurangan pangan.
Selanjutnya dikatakan Menkes, dalam pencapaian pembangunan MDGs terkait upaya peningkatan kelangsungan hidup anak di masa mendatang, pada tahun 2015 setiap negara harus berupaya terus untuk menurunkan separuh jumlah penduduk miskin dan kelaparan. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), terdapat sekitar 907 juta penduduk di negara berkembang mengalami kekurangan pangan.
Diperkirakan
10.9 juta anak balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh kekurangan
gizi mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar 18% anak balita (3.2 juta)
menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
Dalam menanggulangi masalah gizi, Pemerintah terus berupaya melalui berbagai program, seperti penimbangan yang dilaksanakan di Posyandu dan Rumah Pemulihan Gizi. Gunanya untuk mendeteksi adanya bayi dan anak balita dengan gizi kurang sehingga bisa cepat dilakukan penanganan, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit, kata Menkes.
Program Walk the World 2010 diselenggarakan setiap tahun, serentak di seluruh penjuru dunia. Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak jalan sejauh 5 km guna menggalang dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam program World Food Programme (WFP). Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang masih mengalami kekurangan pangan, terutama pada kelompok anak balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan gizi seimbang untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat
Dalam menanggulangi masalah gizi, Pemerintah terus berupaya melalui berbagai program, seperti penimbangan yang dilaksanakan di Posyandu dan Rumah Pemulihan Gizi. Gunanya untuk mendeteksi adanya bayi dan anak balita dengan gizi kurang sehingga bisa cepat dilakukan penanganan, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit, kata Menkes.
Program Walk the World 2010 diselenggarakan setiap tahun, serentak di seluruh penjuru dunia. Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak jalan sejauh 5 km guna menggalang dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam program World Food Programme (WFP). Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang masih mengalami kekurangan pangan, terutama pada kelompok anak balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan gizi seimbang untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat
F. Kemiskinan dan Keterbelakangan
Padatnya suatu penduduk yang ada di suatu tempat atau daerah membuat
lapangan pekerjaan yang ada di tempat tersebut susah untuk di dapatkan. Lagi –
lagi permasalahan kepadatan penduduk menjadi suatu mimpi buruk untuk suatu
Negara, jika Negara tersebut tidak dapat menanganinya. Karena, jika kita amabil
suatu contoh permasalahan yang ada di atas tersebut, akan mengakibatkan hal
yang sangat menyedihkan bagi mereka yang mendapatkan masalah tersebut.
Contoh jika padatnya penduduk di suatu tempat sudah cukup melebih kapasitas
yang di tentukan maka hal ini akan menutup lapangan pekerjaan yang ada di
temapat tersebut. Hal ini akan mengakibatkan banyaknya pengangguran yang tidak
dapat mendapatkan lapangan pekerjaan. Orang yang tidak mendapatkan lapangan
pekerjaan tersebut akan kesulita dalam menyambung hidup merka. Tentunya mereka
akan mengalami kemiskinan, jika dia sudah mendapatkan kemiskinan akan
timbul lagi permasalahan untuk dia yaitu kesulitan untuk mencari makanan (
kelaparan ). Jika sudah seperti ini maka akan terjadi keterbelakangan
dalam segala hal untuknya. Apakah hal yang seperti ini masih di
bilang ADIL .
Tentunya permasalahan – permasalahan seperti ini harus lekas di carikan
solusinya. Jika tidak kasihan mereka – mereka saudara kita yang telah lama mengalami
permasalahan yang konyol tersebut. Kita ini Indonesia Negara yang berdiri di
landasi atas lima dasar yaitu
Pancasila, salah satunya,
kemanusian yang ADIL dan beradab. Untuk itu tuntaskan permasalahan keadilan untuk
rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar