Definisi
keindahan
Keindahan berasal dari kata Indah, Keindahan
adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang bila melihatnya. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak
dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian
dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang
ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan
dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Herbet Read merumuskan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bila mana dilihat (Id qout visum placet).
Khalil Gibran mengungkapkan bahwa Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima.
Menurut Baumgarten adalah Keindahan adalah keselur uhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri.
Herbet Read merumuskan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bila mana dilihat (Id qout visum placet).
Khalil Gibran mengungkapkan bahwa Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima.
Menurut Baumgarten adalah Keindahan adalah keselur uhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “ Garis Besar
Estetik” (Filsafat Keindahan), dalam bahasa Inggris Keindahan diterjemahkan
dengan kata “Beautiful”, bahasa Perancis “Beau” , Italia dan Spanyol “Bello” ,
kata-kata itu ber asal dar i bahasa Latin “Bellum” , akar katanya adalah
“Bonum” yang berarti Kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi
“Bonellum” dan terakhir dipendekkan menjadi “bellum”.
Dapat membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak adalah keindahan yang tak dapat terlihat secara fisik dan bersifat tidak beraturan, tetapi nilai dari keindahan itu dapat dirasakan,seperti contoh keindahan ketika merasakan angin yang berhembus. Sedangkan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah kebalikan dari Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak, dimana keindahan itu dapat dirasakan, dilihat maupun dapat dikenang selama kita mengingatnya.
Dapat membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak adalah keindahan yang tak dapat terlihat secara fisik dan bersifat tidak beraturan, tetapi nilai dari keindahan itu dapat dirasakan,seperti contoh keindahan ketika merasakan angin yang berhembus. Sedangkan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah kebalikan dari Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak, dimana keindahan itu dapat dirasakan, dilihat maupun dapat dikenang selama kita mengingatnya.
Keindahan
yang seluas-luasnya
Keindahan dalam arti luas, menurutThe Liang Gie,
mengandung gagasan tentang kebaikan. dari pemikiran Plato, yang menyangkut
adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles yang melihat
keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Tetapi bangsa Yunani
juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetik disebutnya “ Syimmetria”,
untuk keindahan berdasarkan pengelihatan. jadi pengertian yang seluas-luasnya
meliputi: Keindahan Seni, Keindahan Alam, Keindahan Moral, Keindahan
Intelektual.
Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu
benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (”instrumental!
Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu
contohnya puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama,
itu disebut nilai ekstrinsik
Nilai
intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari
benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan
benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada
pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .
Pengertian Penderitaan
Penderitaan
adalah bahasa yang sering kita dengar. Penderitaan berasal dari kata
derita.Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap
manusia memiliki penderitaan yang berbeda
–
beda.
Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi karena
tekanan hidup, dan lain lain. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia.
Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada
juga yang ringan. Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang
mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan
kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak
bermanfaat.
Penderitaan
juga dapat „menular‟ dari seseo
rang kepada
orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara. Menurut agama
penderitaan itu adalah teguran dari tuhan. Penderitaan ada yang ringan dan berat
contoh penderitaan yang ringan adalah ketika seseorang mengalami kegagalan
dalam menggapai keinginannya. Sedangkan contoh dari penderitaan berat adalah
ketika seorang manusia mengalami kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia merasa
tertekan jiwanya sampai terkadang Ingin mengakhiri hidupnya. Penderitaan
adalah termasuk realitas manusia di dunia. Namun peranan individu juga
menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.Suatu pristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Penderitaan adalah bagian dari kehidupan. Penderitaan adalah sebuah kata
yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun. Penderitaan itu
ternyata berasal dari dalam dan luar diri manusia itu sendiri. Atau disebut
juga dengan faktor internal dan eksternal.
Dalam diri
manusia ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak
segala aktifitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa.
Baik rasa maupun karsa selalu ingin dipuaskan. Apabila telah dipenuhi barulah
manusia akan merasa senang atau bahagia. Dan jika tidak terpenuhi maka akan
menderita. Rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud penderitaan, bahkan lebih
dari itu yaitu rasa takut. Rasa takut setiap saaat dan setiap tempat dapat
muncul. Maka hal itu merupakan musuh utama manusia (Dr. Orison Sweet Marden)
Sekarang yang paling penting upaya kita untuk meniadakan rasa takut dan rasa
kurang itu Karena keduanya itu termasuk penyakit batin manusia maka usaha
terbaik adalah menyehatkan batin itu. Kita mengetahui bahwa faktor yang
mempengaruhi penderitaan itu adalah faktor internal dan eksternal. Faktor ini
dapat dibedakan dua macam yaitu:
1).Eksternal
murni,
yaitu
penyebab yang benar-benar berasal dari luar diri manusia yang
bersangkutan.
2).Eksternal
tak murni,
yaitu
penyebabnya tampak dari luar diri manusia, tetapi sebenarnya dari dalam diri
manusia yang bersangkutan.
Bila kita
mengalami penderitaan maka sikap kita yang paling jitu adalah "mawas
diri". Dengan jalan itu dapat memperoleh jawaban penderitaan sebagai ujian
Allah, sehingga kita menjadi orang yang sabar dan tawakkal sambil berikhtiar
menyingkirkan penderitaan.
Pengertian Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Siksaan yang sifatnya psikis yakni:
§ Kebimbangan: hal ini akan
dialami oleh seseorang apabila ia tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan
diambil. Lamanya kebimbangan ini dapat teratasi tergantung dari kekuatan
berpikir seseorang.
§ Kesepian: hal ini dapat
dialami seseorang yakni rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun
ia berada di lingkungan orang ramai.
§ Ketakutan: merupakan bentuk
lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Apa bila
ketakutan yang dialami oleh seseorang tersebut tidak pada tempatnya, maka hal
ini disebut phobia.
Hal-hal yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi ketakutan yakni:
§ Claustrophobia dan
Agoraphobia: claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup
sedangkan agoraphobia adalah rasa takut berada di tempat terbuka.
§ Gamang: merupakan
ketakutan apabila seseorang berada di tempat tinggi.
§ Kegelapan: takut bila
berada di tempat gelap.
§ Kesakitan: ketakutan yang
disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
§ Kegagalan: ketakutan dari
seseorang yang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan
mengalami kegagalan.
Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak
terjadi dan banyak dibaca diberbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis
dihalaman pertama dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar
si korban.
Siksaan yang bersifat psikis :
- Kebimbangan, adalah rasa yang dialami seseorang ketika ia dihadapkan kepada pilihan pilihan yang sulit. Akibat dari kebimbangan seseorang akan ada dalam perasaan tidak menentu sehigga ia merasa tersiksa dalam hidupnya pada kondisi itu. Bagi orang yang kuat berpikirnya maka ia akan cepat mengambil keputusan dan sebaliknya.
- Kesepian, adalah suatu perasaan dimana seseorang merasakan rasa sepi dan rasa sendiri dalam menjalani hidup walaupun ada di lingkunga yang ramai. Kesepian ini juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dapat dialami seseorang.
- Ketakutan, merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-bisarkan yang tidak pada tempatnya, maka ketakutan itu akan berkembang menjadi sebuah phobia. Pada umumnya setiap orang memiliki satu atau beberapa phobia ringan seperti takut pada tikus,ular,serangga, dll. Tetapi pada sebagian orang ketakutan tersebut sangat besar dan sifatnya mengganggu.
Sebab sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain :
a. Claustrophobia dan Agoraphobia : merupakan sebuah rasa takut akan terhadap ruang tertutup dan ruang terbuka.
b. Gamang : merupakan ketakutan yang disebabkan oleh tempat yang tinggi.
c. Kegelapan : merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap karena yang ada dalam pikirannya dalam kegelapan tersebut akan muncul hal hal yang ditakuti seperti pencuri ataupun hantu.
d. Kesakitan : merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialaminya.
e. Kegagalan : merupakan ketakutan dari seseorang yang disebabkan oleh karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori.
Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan. Teori metafisik dan teori psikologik.
Teori
Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni
adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutarna
bertalian dengan apa yang dialarni oleh seorang seniman ketika menciptakan
suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf ltalia
Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalarn
bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”.
Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni
adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sarna dengan intuition.
Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperole hmelalui penghayatan
tentang hal-hal individuil yang menghasilkan garnbaran angan-angan (images).
Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai garnbaran angan-angan
seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan
berarti menciptakan seni dalarn dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah
keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalarn
garnbaran angan-angan.
Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalarninya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai gerak,garis, warna, suardan bentuk yang diungkapkan dalarn kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sarna.
Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalarninya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai gerak,garis, warna, suardan bentuk yang diungkapkan dalarn kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sarna.
Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dati Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). lni sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakancerminansemu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dad realita duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi, asli dan indah sempuma ciptaan Tuhan. Kemudian dalarn dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhimya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalarn sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan adalah suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dati negara Republik yang ideal menurut Plato.
Dalarn jarnan modem suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemaharnan terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu keinginan (will) yang sementara. Dunia obyektif sebagai ide hanyalah wujud luar dari keinginan itu. Selanjutnya ide-ide itu mempunyai perwujudan sebagai benda-benda khusus. Pengetahuan sehari-hari adalah pengetahuan praktis yang berhubungan dengan benda-benda itu. Tapi ada pengetahuarr yang lebih tinggi kedudukannya, yakni yang diperoleh bilamana pikiran diarahkan kepada ide-ide dan merenungkannya demi ide-ide itu sendiri. Dengan melalui perenungan semacam ini lahirlah karya seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya dan sampai pada maknanya yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori perrnainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam perrnainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu berperanan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena disia-siakan. Seseorang yang semakin meningkat taraf kehidupannya tidak memakai habis energinya untuk keperluan sehari-hari, kelebihan Tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan rangkaian permainan Yang imaginatif dan kegiatan yang akhimya menghasilkan karyaseni. Teori permainan tentang seni tidak sepenuhnya diterima oleh para ahli estetik. Kebel’3tan pokok yang dapat diajukan ialah bahwapermainan merupakan suatu kreasi, padahal seni adalahkegiatan yang seriusdan pada dasamya kreatif.
Sebuah teori lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia. Simbol atau tanda yang menyerupai atau mirip dengan benda yang dilambangkan disebut iconic sign (tanda serupa), misalnya tanda lalu lintas yang memperingatkan jalan yang berbelok-belok dengan semacam huruf Z adalah suatu tanda yang serupa atau mirip dengan keadaan jalan yang dilalui. Menurut teori penandaan itu karya seni adalah iconic signs dari proses psikologis yang berlangsung dalam diri manusia, khususnya tanda-tanda dari perasaannya. Sebagai contoh sebuah lagu dengan irama naik turun dan alunan cepat lambat serta akhimya berhenti adalah simbol atau tanda dari kehidupan manusia dengan pelbagai perasaannya yang ada pasang atau surut serta tergesa-gesa atau santainya dan ada akhimya.
Pengertian
Fobia
Phobia
1. Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan
panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak
zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan
yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak
masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang
ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya.
Konsep takut dan cemas betautan erat.
Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman.
Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan
rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan
yang mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional,
dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh
si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa
pengertian phobia menurut ahli Siti Meitchati ( 1983;22) :
adalah ketakutan yang tidak terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau
kejadian tanpa diketahui sebabnya.
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu
ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu
perangsang atau situasi khusus, seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap
tempat tertentu. Sementara kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia
sebagai ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa
dikontrol terhadap suatu situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah
ketajutan yang tak beralasan, yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun
malu, ditekan. Kemudian berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu
terpendamlah konflik atau frustasi yang dialaminya. Jadi
phobia adalah rasa takut yang berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang
membuat hidup seseorang yang menderitanya terhambat.
Beberapa
pendapat ahli yang mendefinisikan fobia yaitu Jaspers (1923) mendefinisikan
fobia sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak dapat diatasi terhadap suatu
keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937) berpendapat bahwa fobia adalah rasa
takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk
akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Errera (1962) adalah rasa takut
yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa
tidak menimbulkan rasa takut.
James
Drever(1986:346) : Kengerian atau ketakutan yang tidak terkendali yang pada
umumnya disebabkan sifat abnormal terhadap situasi dan objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
2 . Jenis Phobia
Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanya melibatkan
ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa.
Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal yang amat biasa, seperti
naik elevator atau naik mobil di jalan raya. Dengan contoh ini, dapat diketahui
bahwa fobia dapat mengganggu bila berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari
seperti naik kendaraan, berbelanja, atau pergi keluar rumah. Berikut ini adalah
tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM, yaitu fobia spesifik, fobia sosial, dan
agorafobia.
a) Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan
persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti:
· Acrophobia:
takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan
bagi penderita fobia ini.
· Claustrophobia:
takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan fobia jenis ini
sering berada di taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
· Fobia binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau
binatang-binatang menjijikkan.Anda bisa saja mempunyai ketakutan terhadap
hewan-hewan tersebut. Namun, bila ketakutan itu mengganggu kehidupan
sehari-hari atau menyebabkan distres emosional yang signifikan di dalam diri
Anda (bahkan ketika Anda hanya membayangkan hewan itu), maka barulah Anda
mengalami fobia.
· Fobia
benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti,
tetapi jarumnya), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
b) Fobia Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap
situasi sosial atau ramai sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya,
atau menghadapinya tetapi dengan distres yang amat berkecamuk. Penderita fobia
sosial mengalami ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke
pesta, pertemuan-pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Fobia
sosial yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari
orang lain, dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan
dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan. Contoh umum untuk fobia jenis
ini adalah:
· Demam
panggung yang berlebihan
· Kecemasan
berbicara di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat
sekalipun.
· Kecemasan
meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan
atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.
· Ketakutan bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak
berkembang dalam hal sosial.
Fobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderitanya, seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan , maju dalam
karier, atau bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang
lain secara langsung.Sekali
fobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
c) Agrofobia
Agorafobia
secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda dengan fobia
sosial, agorafobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-orang di
tempat yang sepi). Agorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau
situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika
ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan
agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penih sesak, bersempit-sempitan
di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit meminta pertolongan.(
Beberapa teori yang memberikan kontribusi tentang adanya
phobia
1) Teori Psikoanalisis
Freud
adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan secara sistematis perkembangan
perilaku fobia. Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan
yang disebabkan oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan
dari impuls id yang ditakuti dan berpindah ke suatu objek atau situasi yang
memiliki koneksi simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego untuk menghindari
konfrontasi dengan masalah sebenarnya, yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
2) Teori Behaviorial
Teori
ini berfokus pada pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Salah satu
pembelajarannya adalahAvoidence Conditioning : penjelasan utama
behavioral tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan respons avoidence
yang dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi oleh teori dua
faktor yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa fobia berkembang
dari dua rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a. Melalui
classikal conditioning seseorang dapat belajar untuk takut pada sesuatu
stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang
secara intrinsik menyakitkan atau menakutkan (UCS).
b. Seseorang
dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengn melarikan
diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant
conditioning; respon dipertahankan oleh konsekuensi mengurang ketakutan
yang menguatkan.
3) Teori
Kognitif
Teori
ini berfokus pada bagaimana proses berfikir manusia dapat berperan sebagai
diathesis dan pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Kecemasan
dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif,
menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam,
dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terjadi di masa mendatang (Heinrichs & Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori
kognitif mengenai fobia juga relevan untuk berbagai fitur lain dalam gangguan
ini rasa takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya
tampak irasional bagi mereka yang mengalaminya. Fenomena ini dapat terjadi
karena rasa takut terjadi melalui proses-proses otomatis yang terjadi pada awal
kehidupan dan tidak disadari. Setelah proses awal tersebut, stimulus dihindari
sehingga tidak diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan rasa takut
tersebut (Amir. Foa, & Coles, 1998).
4 . Gejala
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu
atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah
sebagai berikut:
a) Jantung berdebar kencang
b) Kesulitan mengatur napas
c) Dada terasa sakit
d) Wajah memerah dan berkeringat
e) Merasa sakit
f) Gemetar
g) Pusing
h) Mulut terasa kering
i) Merasa perlu pergi ke toilet
j) Merasa lemas dan akhirnya pingsan
5. Penyebab
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada
umumnya phobia disebabkan karena
pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai
perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah
sadar. Peristiwa traumatis di
masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu
bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak
pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin
Seligman di dalam teorinya yang
dikenal dengan istilah biological
preparedness mengatakan
ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap
nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan
tersebut disebabkan oleh faktor
keturunan. Misalnya, mereka yang
takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua,
pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat
menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah
disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat
mengancam survival kita.
Pada
kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita
tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak
ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul
kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Menurut kartini kartono phobia dapat disebabkan oleh:
a) Pernah
mengalami ketakutan yang hebat
b) Pengalaman
asli ini dibarengi rasa malu dan rasa bersalah kemudian semua ditekan untuk melupakan
kejadian-kejadian tersebut.
c) Jika
mengalami stimulus yang sama akan timbul respon yang bersyarat kembali,
sungguhpun peristiwa pengalaman yang asli sudah dilupakan. Respon-respon
ketakutan hebat selalu timbul kembali sungguhpun ada usaha-usaha untuk menekan
dan melenyepkan respon tersebut.
Secara spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain:
a. pengaruh
filogenetik
b. pengaruh
keturunan
c. kepribadian
d. pengaruh
budaya dan daerah
e. pengaruh
faal (fungsi) tubuh
f. faktor
biokimia
g. trauma
dan tekanan
h. teladan
orang lain
i. dll
Tips Cara
Mengatasi Fobia
Nah, itulah
sedikit mengenai pengertian dan hal yang mengakibatkan seseorang mengidap
fobia. Untuk bisa mengatasi fobiaatau ketakutan berlebihan ini diperlukan cara
untuk mengatasinya dengan cara yang benar dan tepat. Berikut cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi fobia ini yaitu bisa dengan cara :
1. Rasa
optimis 100% bahwa ketakutan fobia ini bisa diatasi.
>>> Jika kamu memiliki fobia terhadap
sesuatu dan memiliki keinginan untuk sembuh, kamu harus optimis bahwa kamu bisa
sembuh, karena fobia termasuk kelainan yang bisa disembuhkan.
2. Bantuan
dan dukungan 100% dari diri sendiri dan keluarga dibutuhkan dalam rangka terapi
dan penyembuhan fobia ini bisa berhasil dan juga agar berangsur-angsur kondisi
ini menghilang.
>>> Jangan malu, merasa minder atau
berusaha untuk menyembunyikan fobia kamu dari orang-orang disekitar kamu,
justru bantuan dan dukungan dari teman dan keluarga adalah sesuatu yang kamu
butuhkan untuk dapat mengatasi dan melewati proses penyembuhan fobia kamu.
>>> Ini juga penting untuk kamu tahu,
seandainya kamu tidak mengidap fobia namun ada teman atau anggota keluarga kamu
yang memiliki fobia terhadap sesuatu, please be noted... harap dicatat
baik-baik... jangan menjadikan fobia teman, atau anggota keluarga kamu itu
sebagai bulan-bulanan kamu, Ok!
3. Menjalani
terapi/sugesti alam bawah sadar (hipnosis) untuk mencapai hasil optimal dan
permanen.
>>> Dengan metode hipnosis,
seseorang yang mengidap fobia akan dibimbing untuk menemukan penyebab fobianya,
kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut.
Dengan pemahaman yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia
akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan
selamanya.
Pendapat kita kepada seseorang yang
mengalami penderitaan
Jika ada seseorang
yang mengalami penderitaan baik fisik maupun mental adalah yang pertama kita
harus menenangkan pikiran sang penderita, lalu kita harus membuat orang
tersebut supaya nyaman agar kejadian tersebut tidak menjadi fobia bagi sang
penderita. Memberikan dukungan moral pada sang penderita agar tidak menjadi
stres yang berkepanjangan.
Referensi :